Silaturahmi Akbar Takmir Masjid Jabodetabek Sepakat Tolak Politisasi Masjid

By Admin


nusakini.com - Bekasi - Menolak politisasi Masjid menjadi tema yang mengemuka dalam Silaturahmi Akbar Takmir Masjid se-Jabodetabek yang digelar di Islamic Center Bekasi, Jawa Barat, Kamis pagi (3/5/2018)

PCNU Bekasi Gus Nasrullah mengingatkan kepada jamaah takmir untuk bersikap cerdas dalam menghadapi tahun politik yang memanas ini. Menurutnya, tugas Takmir Masjid bukanlah mengantarkan para Caleg-caleg, Cagub maupun Capres.

“Banyak jebakan di tahun politik ini, tugas dari takmir Masjid itu adalah bagaimana membentengi jamaahnya dari aqidah yang lurus. Jangan justru mengantarkan para Caleg,” ungkap Gus Nasrullah.

Gus Nasrullah juga berpesan agar tidak memberi ruang kepada para khotib Jumat yang kerap menebar kebencian dan selalu memanaskan suasana.

Sementara itu, PB Lembaga Dakwah NU KH. Ahmad Shodiq juga kembali mengingatkan bila fungsi Masjid adalah untuk mendamaikan, merajut bukan digunakan sebagai alat provokasi.

“Jangan sebagai pemecah belah, ini sudah salah kaprah. Mari cegah Masjid dari politik praktis di tahun politik ini,” ujar KH. Ahmad.

Pada kesempatan yang sama, Pengasuh Majelis Dakwah Walisongo, The Midadurrahman Center, Margonda Depok KH. Shohibul Faroji Azmathkhan menegaskan bahwa politisasi Masjid beda dengan politik Masjid. Kata dia, jika politik Masjid itu menyatukan dan politisasi masjid adalah menceraiberaikan.

“Masjid itu untuk menyatukan umat bukan memprovokasi umat,” kata KH. Shohibul.

Dia melanjutkan agar umat Muslim bisa memfungsikan Masjid sebagaimana mestinya yakni tempat menyatukan umat dan membuat ketentraman bukan saling menghina satu sama lain. Dia mencontohkan di era penjajahan, Masjid Sunda Kelapa di fungsikan untuk menyatukan umat melawan Belanda.

“Itu politik Masjid bukan mempolitisasi Masjid,” katanya

Menurutnya, ada kelompok yang kebablasan menjadikan Masjid untuk kepentingan politik praktisan. Sesungguhnya Malaikat sangat membenci pada orang-orang yang didalam Masjid menyebarkan fitnah, memprovokasi agar benci dengan yang lain dan melakukan kudeta.

“Andai Rosulullah masih hidup dan menyaksikan apa yang terjadi saat ini pasti marah,” keluhnya.

Demikian juga dengan Ust. Muhammad Monib, S.Ag, M.A dari Indonesian Conference of Religion and Peace yang meminta agar para da’i tidak berpidato yang membahayakan masa depan bangsa ini.

“Jangan beri tempat para ustadz yang ngomongnya tebar kebencian dan sering berkata kotor,” tegasnya.

Setelah gelaran tersebut, acara kemudian dilanjutkan dengan Halaqoh Kebangsaan yang dipandu oleh Ustad Ruchul Ma’ani dari Institute of Leadership and Development Program.

“Ini adalah tanggung jawab bersama khususnya Takmir Masjid. Sebagai pelayan Masjid penting sebagai rumah Allah bukan rumah kelompok kepentingan. Takmir harus pandai menscreaning,” kata Ruchul, hari ini. 

Kemudian Gus Sholeh MZ pemuka agama dari Jawa Timur menyatakan penting mencegah adanya politisasi di masjid guna menghindari perpecahan menjelang tahun politik. 

“Saat ini adalah tahun politik atau pesta demokrasi. Pesta demokrasi miris sekali, Masjid dijadikan tempat politik praktis,” sebutnya.

Kata Gus Sholeh, meskipun dari parpol manapun baik dari PKS, Gerindra, PDIP, PPP dan lainnya jika masuk masjid adalah halalan tayyiba

“Jaga Masjid kita dari politik praktis. Jaga persatuan, jangan cuman kepentingan sesaat. Setiap pembicaraan itu ada tempatnya,” ujar Gus Sholeh. 

Sementara Pengurus MUI Pusat KH Saiful Bahri meminta semua pihak agar tak mempolitisasi agama dan tak mengagamakan politik.

“Buatlah kebaikan di Masjid bukan kejelekan. Masjid adalah rumah Allah. Urusan duniawi saja ditegur apalagi mempolitisasi masjid dan mempolitikkan agama,” pungkasnya. (eg/mk)